Footaball Is My Life
Sepak Bola merupakan olahraga paling favorit
kaum lelaki maupun perempuan(antonim) di Indonesia, tua muda(antonim), orang kaya atau miskin, orang kota atau desa(antonim)
rata-rata menyukai Sepak Bola. Tak terkecuali saya sebagai lelaki. Saya sangat mencintai dan menyukai(sinonim)
ilmu serta informasi mengenai sepak bola. Entah apa alasannya serta bagaimana
saya dapat menyukai olahraga tersebut, yang jelas Sepak Bola adalah hobi saya
yang utama. Baik bermain, maupun
menganalisa ilmu Sepak Bola yang tugasnya adalah menganalisa dan mempelajari(sinonim) ilmu-ilmu Sepak Bola dari
dasar hingga tingkat tinggi.
Berawal sejak saya kecil sekitar umur 6
tahun saya mulai mengenal Sepak Bola dari menonton pertandingan Bola di
Televisi, saya mulai suka dan jatuh hati(sinonim) terhadap olahraga tersebut.
Sejak saat itu saya suka bermain Bola, mengamati pertandingan Bola, bahkan
mendalami atau menganalisa seluruh informasi-informasi seputar Sepak Bola, baik
dalam
maupun luar(antonim) negeri. Jika ingin menjadi atlet sepak Bola, maka saya harus sekolah
di SSB khusus Sepak Bola(khusus). Klub luar negeri yang saya suka adalah Bayern
Muenchen dari Jerman(umum), sedangkan Klub nasional saya
suka Arema Malang, dan pasti saya sangat suka dengan TimNas Indonesia.
Banyak yang mengatakan bahwa menjadi atlet
Sepak Bola di Indonesia sangatlah tidak maju, baik dalam hal kehidupan ekonomi,
kesehatan maupun dari segi karir. Pesepak bola di Indonesia tak memiliki masa
depan yang baik, jauh berbeda dengan atlet luar negeri. Mereka ditunjang banyak
fasilitas, asuransi, kesejahteraan hidup, dan gaji yang cukup. Diluar negeri gaji dan fasilitas atlet ditunjang 100%(konkrit). Bermacam-macam
alasan mereka komentari tentang dampak negative menjadi atlet.
Sewaktu saya kecil, saya tidak menghiraukan
sedikitpun apa kata keluarga saya. Justru saya semakin berani untuk bermain
bola. Pada bulan(homonym) Agustus
2002 saya lalu masuk Sekolah Sepak Bola atau SSB di daerah BEJI Depok untuk
menyalurkan h0bi saya. Orang tua saya pun akhirnya tidak bisa melarang saya
lagi dan akhirnya saya diizinkan bermain bola asalkan itu hanya sebatas
penyalur hobi, bukan untuk menjadi tumpuan hidup masa depan. Saya pun lega
akhirnya dapat bermain bola. Semenjak itu saya semakin menggemari Sepak Bola,
dari matahari terbit hingga bulan(homonym) bersinar tek pernah lepas
pemikiran tentang Bola.
Setelah 2 tahun bersekolah Sepak Bola saya
akhirnya keluar karena pada saat itu tepatnya tehun 2004 saya akan Ujian
Nasional SD, maka saya fokus ke pelajaran untuk mengikuti Ujian Nasional
tersebut. Vakum bermain Bola bukan berarti melupakan Sepak Bola, sya tetap
menonton Bola di Televisi sebagai media penghibur disaat waktu luang.
Pada suatu hari, ibu saya bertemu temannya
di sebuah Bank(homofon) di
Depok. Ternyata teman ibu saya itu merupakan anggota official tim Persikad
Depok(umum). Persikad adalah Tim Sepak Bola yang mewakili kota Depok untuk mengikuti kompetisi di
Liga Indonesia(khusus). Orang itu bernama Bang(homofon) Pepen, Pepen
Rubianto nama lengkapnya. Beliau merupakan staff di Tim tersebut. Setelah
mengobrol panjang lebar, beliau menawarkan ibu saya agar saya bersekolah Sepak
Bola di Tim nya. Ibu saya pun hanya mendengarkan saja tetapi tidak berminat
untuk menyekolahkan saya di Tim tersebut.
Mendengar hal tersebut saya senang dengan
wajah seri(homograf). Betapa
tidak, karena saya mempunyai peluang untuk bermain Sepak Bola di Tim Kota
Depok. Saya pun mulai sering datang ke stadion untuk menonton tim tersebut,
dengan harapan bias bertemu teman ibu saya itu. Dua jam berlalu dan
pertandingan pun telah usai, saat itu Persikad ditahan seri(homograf) 1-1 oleh Persiraja. Semua
pemain sudah banting
tulang(konotasi) untuk menang, tetapi pemain tidak berkecil hati(konotasi) atas hasil ini.
Waktu terus berjalan, saya semakin dewasa
dan sudah bias berfikir masa depan. Saya yang dahulu masih kecil hanya mementingkan
hobi dan kesenangan, saat dewasa saya berfikir tentang makna ucapan keluarga
saya dahulu mengenai Sepak Bola. Memang, tidak ada yang salah tentang Sepak
Bola, tidak semua profesi yang orang anggap buruk atau jelek(sinonim) itu ada. Tinggal
bagaimana kita berusaha dan yakin akan hal yang kita jalani selagi positif dan
menyenangkan buat kita. Banyak orang berkata, jika kita mengerjakan pekerjaan
yang kita senangi, maka hasilnya pun akan baik. Begitupun dalam hal hobi, jika
kita menekuni hobi yang kita sukai dengan sungguh-sungguh, maka insya allah
kita akan sukses di hobi kita itu asalkan kita niat sunggu-sungguh, berusaha,
dan berdoa kepada Tuhan.
Tahun demi tahun berlalu, usia pun semakin bertambah.
Sepertinya sudah terlambat untuk meneruskan cita-cita saya menjadi atlet Sepak
Bola. Hanya kesedihan yang saya rasakan, tapi perlahan-lahan kesedihan dan penyesalan itu
tidak nampak dalam diri saya(abstrak). Kepercayaan diri saya tumbuh seratus persen(konkrit) dan
melupakan hal masa lalu yang membuat saya frustasi.
Semenjak saya lulus sekolah menengah atas,
saya mulai memikirkan masa depan. Mau seperti apa saya nanti, mau menjadi apa
saya nanti. Itulah pertanyaan yang sering timbul di pikiran saya. Saya selalu
teringat kenangan tentang cita-cita, impian saya untuk menjadi atlet Sepak
Bola. Olahraga, hobi, impian, angan-angan yang sudah terpaku dan berkarat di
otak saya. Hanya satu, yaitu Sepak Bola. Namun impian itu harus saya kubur
dalam, saya lupakan, dan buang jauh impian itu. Saya sempat mengalami kesedihan(abstrak). Saya tidak menyalahkan
siapa-siapa atas kegagalan impian saya yang tak terwujud, saya beranggapan dan
yakin bahwa ini garis dan takdir Tuhan, Tuhan punya rencana lain untuk saya di
masa depan.
Pernah suatu ketika saya mendengar ucapan
seseorang, bahwa janganlah terlalu lama larut dalam penyesalan. Jika kita
mengalami kegagalan dalam hidup, maka cepatlah bangkit. Waktu tidak berhenti,
hidup pun akan terus berjalan. Dibawah pohon yang tumbuh(denotasi) lebat saya melamun memikirkan ucapan itu dan akhirnya saya sadar. Saya pikir itu menjadi titik balik semangat saya.
Saya yakin jalan menuju Roma tidaklah hanya 1, melainkan banyak jalan menuju
Roma. Begitupun dengan kisah saya ini. Sepak Bola tidak harus diterapkan
sebagai atlet atau pemain Bola nya, tetapi bisa diterapkan dengan profesi lain.
Contohnya menjadi jurnalis, wartawan, kolumnis, maupun analis Sepak Bola.
Komentator Bola di Televisi adalah sumber
inspirasi saya. Saya ingin suatu saat seperti mereka. Menganalisis, meliput
pertandingan di luar negeri, menulis artikel di media mengenai Sepak Bola. Saya
merasa mampu. Dan semenjak itulah cita-cita saya tumbuh kembali(konotasi) dan mempunyai
spirit yang telah lama padam akibat kegagalan. Keyakinan saya itu bukan tanpa
alasan. Kenapa saya yakin saya mampu. Karena sejak keccil saya menyukai Bola,
bahkan saya selalu belajar, menganalisa, mencari tahu info-info seputar Sepak
Bola Internasional dari kecil hingga detik ini.
Yang harus saya tambahkan untuk modal
cita-cita saya itu adalah kemampuan berbahasa asing minimal menguasai 1 bahasa,
lebih baik lagi jika bisa lebih dari 1. Itu modal utama saya jika ingin
mewujudkan impian saya. Dan saya pun akan terus berusaha, belajar, dan berdoa
semoga impian saya dapat terwujud. Saya tidak ingin mengalami kegagalan untuk
yang ke-2 kali nya. Keluarga, orang tua pun akhirnya mendukung penuh keputusan saya
ini(konotasi), karena mereka anggap saya sudah dewasa dan harus memilih sendiri jalan
hidup untuk masa depan. Saya sering belajar menulis berita dan karangan hingga buku saya penuh dengan catatan(denotasi).
Semangat inilah yang terus saya tanamkan
setiap hari untuk menjalani kuliah saya, saya harus giat dalam belajar untuk
mewujudkan impian saya yang memang sudah panggilan hati saya sejak kecil, hobi
saya sejak kecil, impian saya yang sangat saya harapkan nanti. Saya pun tidak
tahu kenapa Sepak Bola menjadi impian saya, mungkin ini sudah takdir Tuhan.
Saya akan berusaha mewujudkannya. Hanya satu yang saya impikan, yaitu Sepak
Bola.
Harapan saya diluar konteks karangan saya
ini adalah semoga Sepak Bola Indonesia maju, sejahtera, bangkit dari
keterpurukan prestasi. Benahi semua elemen-elemen dasar, jangan egois karena pangkat,
kedudukan(sinonim), uang. Semua ingin Indonesia maju, berjaya di level dunia, Prestasi Timnas sekarang sedang maju mundur(antonim). Negara kita besar, masa tidak bias membangun Sepak Bola menjadi baik. Jika ada niat tulus memajukan Sepak Bola, saya yakin bola Indonesia akan maju, berjaya, dan berprestasi. Entah berapa tahun lagi itu
akan terwujud, Semoga. Demikianlah
karangan ini saya buat, mohon maaf jika ada kesalahan kata, saya ucapkan Terima
kasih
0 komentar:
Posting Komentar