Penggunaan teknologi Hawk-Eye ditandai dengan penandatangan perjanjian lisensi antara pengembang Hawk-Eye dengan FIFA, yang memberikan Hawk-Eye otorisasi penuh untuk menginstal sistem ini di seluruh dunia. Untuk menjadi pemegang lisensi FIFA tidaklah mudah, Hawk-Eye harus memenuhi berbagai persyaratan sistem dan menjalani serangkaian tes dalam berbagai kondisi pertandingan seperti dan telah diuji di Stadion St Mary, markas klub sepak bola Southampton.
Hawk eye sudah digunakan di laga Community Shield antara Wigan Athletic lawan Manchester United, pertengahan agustus 2013 ini. Wasit yang memimpin pertandingan, Michael Oliver, melalkukan uji coba terlebih dahulu di lapangan. Tes ini harus dilakukan untuk memastikan semuanya berjalan normal. Hawk-Eye dikembangkan di Inggris oleh Dr Paul Hawkins, insinyur di Roke Manor Research Limited, anak perusahaan Siemens di Romsey, Inggris, mengembangkan sistem ini pada tahun 2001.
Sistem ini pertama kali digunakan pada tahun tersebut untuk keperluan televisi di kriket. Kemudian Dr Paul Hawkins dan David Sherry mengajukan paten untuk Inggris tapi menarik permintaan mereka. Semua teknologi dan kekayaan intelektual itu akhirnya dikembangkan melalui perusahaan terpisah, Hawk-Eye Innovations Ltd, yang berbasis di Winchester, Hampshire.
Cara Kerja Sistem Hawk-Eye.
Sistem ini bekerja menggunakan banyak kamera berkemampuan tinggi, biasanya diposisikan di bawah atap stadion, yang melacak bola dari sudut yang berbeda. Video dari kamera kemudian dikalkulasi secara triangulasi dan dikombinasikan untuk membuat representasi tiga dimensi dari lintasan bola.. Semua sistem Hawk-Eye didasarkan pada prinsip-prinsip triangulasi yang mengolah gambar visual dan data waktu dari sejumlah kamera video berkecepatan tinggi yang terletak di lokasi dan sudut yang berbeda di sekitar area permainan.Sistem ini dengan cepat memproses video dan pelacak bola. Sebuah pusat data berisi model standar dari area bermain dan data tentang aturan permainan.
Sistem mengidentifikasikan kelompok piksel (group of pixels) dari image bola pada setiap frame yang dikirim oleh masing-masing kamera. Kemudian menghitung setiap frame dari posisi 3D bola dengan membandingkan posisi yang berasal dari beberapa kamera yang terpisah dalam waktu bersamaan. Terbentuk rangkaian frame yang merekam catatan lintasan bola. Sistem ini juga “memprediksi” jalur lintasan bola sesuai dengan kondisi permainan yang ada di arena saat itu, fitur yang sudah terprogram di dalam databasenya.Sistem ini juga dapat menafsirkan interaksi yang terjadi dalam permainan dan dapat membantu dalam memberikan keputusan berkaitan dengan suatu pelanggaran permainan.
Sistem ini menghasilkan informasi grafis dari lintasan bola dan situasi permainan di lapangan, sehingga dapat memberikan informasi secara realtime kepada hakim, pemirsa televisi atau pun staf pelatih. Dapat juga digunakan untuk menganalisis trend dan statistik tentang individu pemain, permainan, perbandingan ball-to-ball, dll.
Walaupun tentu masih banyak aspek keputusan dalam pertandingan sepak bola yang belum sepenuhnya dapat menggunakan teknologi canggih ini. Penggunaan teknologi dari Hawk-Eye khususnya dalam sistem pemantau goal (GLT) ini masih belum bisa melihat ada tidaknya pelanggaran. Seperti, pada kasus goal spektakuler ‘tangan tuhan’ nya Maradona. Teknologi ini hanya membantu tugas wasit dalam mengambil keputusan gol, dari masuk atau tidaknya bola dalam gawang.
Sumber:
http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2013/08/19/teknologi-mata-elang-dalam-sepak-bola-dunia-582271.html